Monday, October 2, 2017

Busana Kejawen (Jangkep) ing Surakarta


Ngrembag bab busana kejawen ing Surakarta punika boten saged oncat saking budaya jawi. Sabab busana kejawen makaten kalebet "Pangipun Budaya Jawi".

Dene budaya jawi ing ngriki, tegesipun budaya jawi ingkang sumberipun saking Keraton Surakarta Hadiningrat inggih punika busana kejawen ingkang dumugi sapriki adhakan sami dipun wuningani. 

Cethanipun manawi wonten tiyang gadhah damel mantu umpamanipun, dipun temaha itawi mboten dipun temaha, ngertos utawi mboten ngertos nyatanipun sa'emper kaliyan busana tatanan ing Keraton Surakatra Hadiningrat.

Menggah busana tatanan Keraton Surakarta Hadiningrat punika sakawit ing jaman Juneneng Dalem Ingkang Sinoehoen Kanjeng Soesoehoenan Paku Buwana Kaping III rikala hamarengaken Pangeran Mangkubumi (Bapa Paman piyambak ISKS PB III) utawi rayi Dalem Ingkang Sinoehoen Kanjeng Seosoehoenan Pakoe Buwono Kaping II; kagem hangrenggani Keraton Ngayojakarta (Perjanjian Giyanti warsa 1755).

Busana lami ingkang kalebet tetilaran saking Majapahit lan Demak Bintara Kanjeng Pangeran Mangkubumi (HB I) kagem ing Ngayojakarta kados ingkang sami dipun uningani ngantos dumugi, salajengipun lumampahipun pamarintah wonten ewah-ewahan sawetawis ing jaman ISKS PB IX kalajengaken ewah-ewahan malih ing jaman ISKS PB X tuwin PB XI. Dene ingkang badhe kaandharaken ing ngandhap punika busana jawi ing jaman Ingkang Sinoehoen Paku Boewono Kaping XII sawargi ngantos punika.

Busana kejawen ing Surakarta sakpunika, kados wonten ing Keraton Surakarta tumrap kakung wonten kalih inggih punika:
1. Busana Jawi Jangkep (Ageman warni Cemeng)
2. Busana Jawi Jangkep Padintenan (Saugeran boten Cemeng)


                                      


Busana Jawi saking Nginggil mangandhap antawisipun :
1. Udheng (Blangkon, dhestar)
2. Kulambi (Rasukan krowok wingking)
3. Setagen (paningset)
4. Sabuk (paningset)
5. Epek - Timang - Lerep
6. Sinjang (nyamping)
7. Keris ( Dhuwung, Wangkingan)
8. Cenela utawi selop (namung kagem sanjawining Keraton)

FILOSOFI BUSANA PRIA JAWA

Busana adat Jawa biasa disebut dengan busana kejawen mempunyai perlambang tertentu bagi orang Jawa. Busana Jawa penuh dengan piwulang sinandhi (ajaran tersamar) kaya akan ajaran Jawa. 

Dalam busana Jawa ini tersembunyi ajaran untuk melakukan segala sesuatu di dunia ini secaraharmoni yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, baik dalam hubungannya dengan sesama manusia, diri sendiri maupun Tuhan Yang Maha Kuasa Pencipta segalanya.

♦ Pakaian adat yang dikenakan pada bagian kepala adalah, seperti iket, udheng
♦ Dibagian tubuh ada rasukan (baju): jarik sabuk, epek, timang
♦ Dibagian belakang tubuh yakni keris
♦ Dikenakan dibagian bawah atau bagian kaki yaitu canela.


     
Penutup Kepala

Untuk bagian kepala biasanya orang Jawa kuna (tradisional) mengenakan iket yaitu ikat kepala yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi penutup kepala. Cara mengenakan iket harus kenceng (kuat) supaya ikatan tidak mudah terlepas. Makna iket dimaksudkan manusia seyogyanya mempunyai pemikiran yang kenceng, tidak mudah terombang-ambing hanya karena situasi atau orang lain tanpa pertimbangan yang matang.

Hampir sama penggunaannya yaitu udheng juga, dikenakan di bagian kepala dengan cara mengenakan seperti mengenakan sebuah topi. Jika sudah dikenakan di atas kepala, iket dan udheng sulit dibedakan karena ujud dan fungsinya sama. Udheng dari kata kerja Mudheng atau mengerti dengan jelas, faham. 

Blangkon Jogja
Blangkon Solo 


Maksudnya agar manusia mempunyai pemikiran yang kukuh, mengerti dan memahami tujuan hidup dan kehidupan atau sangkan paraning dumadi. Selain itu udheng juga mempunyai arti bahwa manusia seharusnya mempunyai ketrampilan dapat menjalankan pekerjaannya dengan dasar pengetahuan yang mantap atau mudheng. Dengan kata lain hendaklah manusia mempunyai ketrampilan yang profesional.

         Busana


BESKAP LANDHUNG

BESKAP ATELA

BESKAP SIKEPAN
Busana kejawen seperti beskap selalu dilengkapi dengan : 

Benik (kancing baju) disebelah kiri dan kanan. Lambang yang tersirat dalam benik itu adalah agar orang (jawa) dalam melakukan semua tindakannya apapun selalu diniknik, diperhitungkan dengan cermat. Apapun yang akan dilakukan hendaklah jangan sampai merugikan orang lain, dapat, menjaga antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

Sabuk (ikat pinggang) dikenakan dengan cara dilingkarkan (diubetkan) ke badan. Ajaran ini tersirat dari sabuk tersebut adalah bahwa harus bersedia untuk tekun berkarya guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itulah manusia harus ubed (bekerja dengan sungguh-sungguh) dan jangan sampai kerjanya tidak ada hasil atau buk (impas/tidak ada keuntungan). Kata sabuk berarti usahakanlah agar segala yang dilakukan tidak ngebukne. Jadi harus ubed atau gigih.

 


Epek bagi orang jawa mengandung arti bahwa untuk dapat bekerja dengan baik, harus epek (apek, golek, mencari) pengetahuan yang berguna. Selama menempuh ilmu upayakan untuk tekun, teliti dan cermat sehingga dapat memahami dengan jelas.

Timang bermakna bahwa apabila ilmu yang didapat harus dipahami dengan jelas atau gamblang, tidak akan ada rasa samang (khawatir) samang asal dari kata timang.


Jarik atau sinjang merupakan kain yang dikenakan untuk menutup tubuh dari pinggang sampai mata kaki. Jarik bermakna aja gampangserik (jangan mudah iri terhadap orang lain). Menanggapi setiap masalah harus hati-hati, tidak grusa-grusu (emosional).

Wiru Jarik atau kain dikenakan selalu dengan cara mewiru (meripel) pinggiran yang vertikal atau sisi saja sedemikian rupa. Wiru atau wiron (rimple) diperoleh dengan cara melipat-lipat (mewiru). Ini mengandung pengertian bahwa jarik tidak bisa lepas dari wiru, dimaksudkan wiwiren aja nganti kleru, kerjakan segala hal jangan sampai keliru agar bisa menumbuhkan suasana yang menyenangkan dan harmonis.

Bebed adalah kain (jarik) yang dikenakan oleh laki-laki seperti hal nya pada perempuan, bebed artinya manusia harus ubed, rajin bekerja, berhati-hati terhadap segala hal yang dilakukan dan tumindak nggubed ing rina wengi (bekerja sepanjang hari)

Canela Canela mempunyai arti Canthelna jroning nala (peganglah kuat dalam hatimu) canela sama artinya Cripu, Selop, atau sandal. Canela selalu dikenakan di kaki, artinya dalam menyembah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, hendaklah dari lahir sampai batin sujud atau manembah di kaki-NYA. Dalam hati hanyalah sumeleh (pasrah) kepada kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.


Curiga lan warangka
 
Curiga atau keris berujud wilahan, bilahan dan terdapat di dalam warangka atau wadahnya

Curiga dikenakan di bagian belakang badan. Keris ini mempunyai pralambang bahwa keris sekaligus warangka sebagaimana manusia sebagai ciptaan dan penciptanya Yatu Allah Yang Maha Kuasa, manunggaling kawula Gusti.

Karena diletakkan di bagian belakang tubuh, keris mempunyai arti bahwa dalam menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa hendaklah manusia bisa untuk ngungkurake godhaning setan yaitu menjauhkan godaan setan yang senantiasa mengganggu manusia ketika manusia akan bertindak kebaikan. 


Demikianlah filosofi yang terkandung dalam busana pria jawa . Semoga bisa menjadikan kita pelajaran hidup. dan menambah wawasan kita tentang budaya jawa yang adiluhung ini.




No comments:

Post a Comment